keztin

belum tentu ini benar belum tentu ini kisah nyata belum tentu ini pantas dibaca

Wednesday, October 18, 2006

Jembatan Zaman

Bertambahnya usia bukan berarti kita paham segala-galanya

Pohon besar tumbuh mendekati langit dan menjauhi tanah. Ia merasa telah melihat segala dari ketinggiannya. Namun masih ingatkah ia dengan sepetak tanah mungil waktu masih kerdil dulu? Masih pahamkah ia akan semesta kecil ketika seumur serdadu bagaikan kereta raksasa dan setetes embun seolah bola kaca dari surga, tatkala ia tak peduli akan pola awan di langit dan tak kenal tiang listrik?

Waktu kecil dulu, kupu-kupu masih sering hinggap di pucuknya. Kini burung besar bahkan bersangkar di ketiaknya, kawanan kelelawar menggantungi buahnya. Namun jangan sekali-kali ia merendahkan kupu-kupu yang hanya menggeliat di tapaknya, karena mendengar bahasanya pun ia tak mampu lagi.

Setiap jejang memiliki dunia sendiri, yang selalu dilupakan ketika umur bertambah tinggi. Tak bisa kembali ke kacamata yang sama bukan berarti kita lebih mengerti dari yang semula. Rambut putih tak menjadikan kita manusia yang segala tau.

Dapatkah kita kembali mengerti apa yang ditertawakan bocah kecil atau yang digejolakkan anak belasan tahun seiring dengan kecepatan zaman yang melesat meninggalkan? Karena kita tumbuh ke atas tapi masih dalam petak yang sama. Akar kita tumbuh ke dalam dan tak bisa terlalu jauh ke samping. selalu tercipta kutub-kutub pemahaman yang tak akan bertemu kalau tidak dijembatani.

Jembatan yang rendah hati, bukan kesombongan diri.

-taken from : Filosofi Kopi (Dee)-

191006
-07:25-

1 Comments:

Blogger Gigih Ginelar Prastyo said...

Wakakaka...tak lama bukunya berpindah tangan dah disadur...dur...dur...wekekekek...disampul jangan mpe' rusak ya coz bukan hard cover...baek2 dijaga mpe' 100 taun lamanya atau lebih klo diijinkan...

11:55 AM  

Post a Comment

<< Home